'Yah...namanya membantu ya harus ikhlas.' Setiap kita pasti tidak dapat terpisahkan dari orang lain karena kita adalah makhluk sosial. Karena itu, setiap makhluk sosial pasti adakalanya membutuhkan bantuan orang lain dan terkadang pula harus mengulurkan tangan untuk orang lain. Nilai ini pasti sudah dipahami oleh kita semua dan semoga tidak hanya menjadi slogan atau retorika belaka. Orang-orang yang mengerti akan hakikat dirinya pasti meyakini kebenaran ini. Namun, tidak langka pula kita temukan kini orang-orang yang justru dengan sengaja mencederai saudaranya sendiri; yaitu, orang-orang yang tega mengorbankan orang lain untuk kepentingan pribadinya. Bahkan, mereka punya hati untuk memanfaatkan orang lain padahal hanya untuk mencapai kepentingan dirinya. Orang sejenis ini sudah lupa akan dirinya dan tidak menghiraukan waktu yang akan datang baginya untuk membutuhkan orang lain. Kata-kata bijaknya (kalau masih dianggap bijak) sih... 'Roda pasti berputar.' Memang betul, roda pasti berputar dan bisa jadi pada putaran selanjutnya justru ia akan 'digilas' secara tragis sebagai akibat perbuatannya sendiri. Apalagi, selama ia berada di atas yang membuatnya menganggap dirinya yang paling benar, harus selalu dinomorsatukan, dan menganggap orang lain tidak sepenting dirinya. Lebih buruk lagi, ketika mereka butuh, mereka akan melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya, meskipun harus menciumi telapak kaki dan sepatu dari orang yang dibutuhkannya.
Sebagai makhluk Tuhan yang memiliki banyak kelemahan, seharusnya kita semua bisa saling menghargai dan menghindarkan diri dari pikiran bahwa kita membantu orang lain agar mendapatkan keuntungan tertentu. Alias, jangan pernah berpikir untuk mendapatkan pamrih atas kebaikan yang kita lakukan buat orang lain. Kita harus percaya bahwa sesuatu yang baik dan 'diiyakan' oleh Tuhan akan diberikanNya balasan dengan kebaikan pula, tidak perlu takut akan nikmat yang sudah disediakanNya buat kita. Bila kepentingan pribadi (
vested interest) yang kita suburkan dalam diri kita, maka sesungguhnya kita mulai menanam bibit-bibit bencana yang akan didatangkan oleh-Nya. Besar kemungkinan bahwa semua bencana yang telah menimpa bangsa ini adalah disebabkan oleh ketidakpuasan dan ketidakyakinan kita kepada kebesaran dan janji-janji Tuhan. Semua itu barangkali belum terjadi pada kita, tapi kapan dan dimanapun itu semuanya bisa saja terjadi. Jangan-jangan, akibat perbuatan kita seorang atau sekelompok kecil kita justru memberikan mudharat dan bencana bagi orang-orang yang kita cintai dan yang ada disekitar kita, atau mungkin lebih luas lagi. Padahal, kebersamaan dan kecintaan pada alam sekitar sesungguhnya dapat direfleksikan lewat keikhlasan dalam berbuat. Individu intelektual, bermartabat dan hebat adalah dia yang berpikir kritis tentang apa yang telah, sedang, dan akan terjadi dalam kerangka keyakinan pada Ilahi.
Sebab itu, kita sebaiknya mulai berpikir untuk melakukan introspeksi sejujur-jujurnya dan melakukan refleksi terhadap apa yang sudah kita buat. Kebijaksanaan hanya milik orang-orang yang mulai berpikir dan mempergunakan pengetahuannya untuk kemaslahatan bersama. Kebesaran hati adalah milik orang-orang yang bisa menerima kelebihan orang lain dan mengakui kelemahannya. Kita hidup untuk saling mengisi dalam memecahkan berbagai persoalan dan bukan untuk saling membenci dan mengutamakan egoisme.
Sense of brotherhood adalah nafas bagi kita semua untuk menjaga kelangsungan hidup dan perdamaian dunia; dan, ini hanya dapat dimulai dari diri kita untuk kemudian membagi kepada sesama dalam keikhlasan.
Salam